Hasyim SE Angkat Semangat Kebangsaan di Hari Santri Nasional, Dukung Gerakan ‘Jumat Berbagi’ di Medan
MEDAN — Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Medan Hasyim SE menegaskan pentingnya meneladani nilai perjuangan dan keikhlasan santri sebagai bagian dari semangat kebangsaan Indonesia.
Pandangan tersebut sejalan dengan pernyataan Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, yang menyambut baik kebijakan Presiden Prabowo Subianto membentuk Direktorat Jenderal (Ditjen) Pesantren di bawah Kementerian Agama.
Kedua tokoh ini menilai bahwa santri memiliki peran penting dalam menjaga keutuhan bangsa dan menumbuhkan nilai cinta tanah air — hubbul wathan minal iman.
Gerakan sosial yang digagas Hasyim SE melalui kegiatan “Jumat Berbagi – Berbagi untuk Sesama, Menebar Manfaat” menjadi wujud nyata dari semangat tersebut.
Bagi Hasyim, politik bukan sekadar soal kekuasaan, melainkan juga tentang menebar manfaat dan menanamkan nilai kemanusiaan.
“Ini bukan sekadar memberi makanan, tapi tentang menebar kasih, menumbuhkan empati, dan mempererat persaudaraan. Hari Santri mengingatkan kita semua bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman, dan itu harus diwujudkan lewat tindakan nyata,” ujar Hasyim di Medan, Jumat (24/10/2025).
Dalam momentum peringatan Hari Santri Nasional 2025, Hasyim SE mendorong terlaksananya kegiatan “Jumat Berbagi” yang diinisiasi oleh Koalisi Masyarakat Muslim Nusantara (KMMN).
Kegiatan ini menjadi simbol kebersamaan lintas iman yang memperkuat nilai gotong royong dan solidaritas sosial di tengah masyarakat Medan yang beragam.
Sebagai bentuk kepedulian, sebanyak 300 paket makanan dibagikan kepada para abang becak dan masyarakat sekitar. Aksi sosial ini dipimpin oleh Koordinator Daerah KMMN, M. Aqil, didampingi Azni Gori Pratma, dan mendapat dukungan penuh dari Hasyim SE. Suasana kegiatan berlangsung hangat dan penuh rasa kekeluargaan, mencerminkan nilai kebangsaan yang dihidupi oleh para peserta.
Hasyim menilai bahwa Hari Santri Nasional bukan hanya milik umat Islam, tetapi momentum bersama untuk meneguhkan semangat nasionalisme.
“Nilai perjuangan, keikhlasan, dan pengabdian santri adalah bagian dari semangat Indonesia. Santri mengajarkan kesederhanaan dan ketulusan — dua hal yang juga menjadi fondasi dalam membangun bangsa,” tuturnya.
Menurut Hasyim, kegiatan seperti “Jumat Berbagi” penting dijaga keberlanjutannya karena mampu menumbuhkan kesadaran sosial lintas agama dan golongan.
“Gotong royong adalah ruh bangsa ini. Tidak penting siapa kita, yang penting apa yang bisa kita berikan untuk sesama,” ucapnya dengan tegas namun penuh kehangatan.
Sementara itu, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan bahwa pembentukan Ditjen Pesantren merupakan langkah maju untuk memperkuat peran santri dalam membangun bangsa.
“Pesantren memiliki peran historis dalam perjuangan kemerdekaan dan pembentukan karakter bangsa. Karena itu, PDI Perjuangan mendukung penuh kebijakan ini sebagai bentuk penghargaan terhadap nilai patriotisme dan religiusitas,” ujarnya di Jakarta.
Hasto menambahkan, penguatan pesantren juga harus berjalan beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. “Bung Karno selalu mengajarkan bahwa Islam harus bersekutu dengan ilmu pengetahuan untuk membangun peradaban Indonesia yang unggul,” tegasnya.
Apa yang dilakukan Hasyim SE di Medan dianggap mencerminkan arah politik kebangsaan PDIP yang menempatkan kemanusiaan sebagai inti perjuangan.
Dengan dukungannya terhadap kegiatan lintas iman dan sosial seperti “Jumat Berbagi,” Hasyim meneguhkan pesan bahwa keberagaman bukan alasan untuk berjarak, tetapi alasan untuk semakin dekat dan saling membantu. (Red)